Ceritanya gini, minggu kemarin aku off niatan ngaji ke masjid,berangkat jam setengah 12 dari rumah naik kereta nyampek masjid jam 12 an lebih lah. nyampek di sana ternyata guru nya g bisa hadir ad urusan pribadi yg harus dia selesai kan secepatnya. jadi nya kita kemasjid ngaji sendirian sampek sholat dhuhur tiba.Trus selesai sholat dhuhur kita makan2 deh. mang dari awal kita dh msak2 dari rumah,rencana dari semalam mang mau makan2 di taman sambil ngobrol2 gitu.yah begitulah yang nama nya perantau heheh.nah berawal dari seorang penjual yg nawarin makanan. karena makanan kami dan banyak bgt jadi nya kita cuma nanya minuman. dari mulai es teh, jus segala macem dan es campur dia juga nawarin sebuah es yg udah 1 tahunan rasa nya hilang dari lidah aku yaitu ES DEGAN wah langsung deh kita bertiga pesen satu satu. secara gitu lo itu kan minuman favorit kita berlima yang jarang2 kita temukan di negara antah berantah ini,,,,,, ini dia foto2 kita bersama dengan es degan.
Tegar hanyalah pengamen cilik yang hidup serba kekurangan. Keluarganya
yang sedianya mendukung semua cita-cita Tegar, terhalang kondisi
ekonomi yang cenderung pas-pasan.
Seusai mengamen, Tegar
berlabuh pada sebuah rumah petak berukuran sekitar 4x6 meter. Di rumah
itu,Tegar hidup bersama kedua orang tua dan tiga orang adiknya yang
masih kecil-kecil.
Ibunya adalah seorang pengamen di kereta api di kawasan
Stasiun Pegaden, sedangkan bapak tirinya hanyalah seorang buruh lepas.
Hidup dengan serba keterbatasan, Tegar tetap komitmen dalam menyanyi
dan menari. Semua dia pelajari secara autodidak. ”Saya sudah belajar
menyanyi dari usia empat tahun,”kata Tegar yang mulai menjadi pengamen
pada usia tujuh tahun itu.
Tegar tidak tahu seperti apa tangga
nada, atau bahkan notasi yang biasa dia nyanyikan. Tapi, insting seni
dalam menyanyi dan bermain musik membuat dia mampu bernyanyi. Menurut
Tegar, bakatnya dalam menyanyi bisa jadi diturunkan dari sang ibu yang
tak lain mantan sinden pada zamannya dulu. ”Ibu saya dulu seorang
sinden. Mungkin bakat itu turun dari ibu saya,” ucapnya.
Meski
begitu,Tegar mengaku sangat jarang diajari menyanyi oleh ibunya.Tapi
bagi dia, warisan seni yang tertanam dalam diri sangatlah cukup untuk
bekal kelak. Buktinya pada usianya yang belum mencapai 11 tahun,Tegar
telah menciptakan beberapa lagu.
Satu buah lagu di antaranya
berjudul "Temanku Ini Mabok Cinta", sebuah lagu yang agak berbau
dewasa, namun cukup friendly untuk seukuran pengamen jalanan di Subang.
Lagu ini juga yang membuat Tegar cukup dikenal masyarakat Indonesia.
Penampilannya yang di-upload di Youtube dengan keynote ”Tegar Si
Pengamen Subang” telah disaksikan lebih dari 13.000 viewer pada akhir
pekan kemarin. Rekor tertinggi terjadi pada minggu lalu, dari 8.000
viewer melonjak menjadi 13.000 dalam waktu sekitar empat hari.
Alfas Hermansyah, lelaki yang pertama kali mengikutkan Tegar pada
kompetisi XL, optimistis atas masa depan bocah cilik ini. Suaranya yang
merdu dan kemampuannya membuat lagu menjadi modal penting bagi dia
meniti masa depan.
”Hidup di jalanan dari usia tujuh sampai 11 tahun cukup membuat dia memiliki mental kuat,” ungkap dia.
Saat ini, Alfas sedang berusaha membuat album kompilasi yang berisi
lagulagu ciptaan Tegar dan lagu publik tanpa hak paten. Album tersebut
akan dikomersialkan untuk keperluan pendidikan Tegar dan menopang
ekonomi keluarganya.
”Bagaimana pun dia harus merasakan bangku
pendidikan. Syukur- syukur hasil penjualan album itu bisa membantu
ekonomi keluarganya,” ujar Alfas. * lintasme
artikel yang sangat menyentuh bgt buat aku, dan ini salah satu video nya....
Dengerin ini sampek berkali2 dan tetep airmata aku g mau berhenti mengalir,,,, sesuatu bgt pokok nya. semoga Allah selalu melindungi dia. Dan semoga album nya nanti laku keras agar dia bisa meneruskan sekolah dan bisa mewujudkan cita2 nya menjadi seorang penyanyi terkenal. SEMANGAT TEGAR.....