Minggu, 09 September 2012

edisi ES DEGAN







Ceritanya gini, minggu kemarin aku off niatan ngaji ke masjid,berangkat jam setengah 12 dari rumah naik kereta nyampek masjid jam 12 an lebih lah. nyampek di sana ternyata guru nya g bisa hadir ad urusan pribadi yg harus dia selesai kan secepatnya. jadi nya kita kemasjid ngaji sendirian sampek sholat dhuhur tiba.Trus selesai sholat dhuhur kita makan2 deh. mang dari awal kita dh msak2 dari rumah,rencana dari semalam mang mau makan2 di taman sambil ngobrol2 gitu.yah begitulah yang nama nya perantau heheh.nah berawal dari seorang penjual yg nawarin makanan. karena makanan kami dan banyak bgt jadi nya kita cuma nanya minuman. dari mulai es teh, jus segala macem dan es campur dia juga nawarin sebuah es yg udah 1 tahunan rasa nya hilang dari lidah aku yaitu ES DEGAN wah langsung deh kita bertiga pesen  satu satu. secara gitu lo itu kan minuman favorit kita berlima yang jarang2 kita temukan di negara antah berantah ini,,,,,, ini dia foto2 kita bersama dengan es degan.

















seneng bgt lah pkok nya :)

Selasa, 04 September 2012

TEGAR PENGAMEN BERSUARA EMAS

Tegar hanyalah pengamen cilik yang hidup serba kekurangan. Keluarganya yang sedianya mendukung semua cita-cita Tegar, terhalang kondisi ekonomi yang cenderung pas-pasan.

Seusai mengamen, Tegar berlabuh pada sebuah rumah petak berukuran sekitar 4x6 meter. Di rumah itu,Tegar hidup bersama kedua orang tua dan tiga orang adiknya yang masih kecil-kecil.

Ibunya adalah seorang pengamen di kereta api di kawasan Stasiun Pegaden, sedangkan bapak tirinya hanyalah seorang buruh lepas. Hidup dengan serba keterbatasan, Tegar tetap komitmen dalam menyanyi dan menari. Semua dia pelajari secara autodidak. ”Saya sudah belajar menyanyi dari usia empat tahun,”kata Tegar yang mulai menjadi pengamen pada usia tujuh tahun itu.

Tegar tidak tahu seperti apa tangga nada, atau bahkan notasi yang biasa dia nyanyikan. Tapi, insting seni dalam menyanyi dan bermain musik membuat dia mampu bernyanyi. Menurut Tegar, bakatnya dalam menyanyi bisa jadi diturunkan dari sang ibu yang tak lain mantan sinden pada zamannya dulu. ”Ibu saya dulu seorang sinden. Mungkin bakat itu turun dari ibu saya,” ucapnya.

Meski begitu,Tegar mengaku sangat jarang diajari menyanyi oleh ibunya.Tapi bagi dia, warisan seni yang tertanam dalam diri sangatlah cukup untuk bekal kelak. Buktinya pada usianya yang belum mencapai 11 tahun,Tegar telah menciptakan beberapa lagu.

Satu buah lagu di antaranya berjudul "Temanku Ini Mabok Cinta", sebuah lagu yang agak berbau dewasa, namun cukup friendly untuk seukuran pengamen jalanan di Subang. Lagu ini juga yang membuat Tegar cukup dikenal masyarakat Indonesia.

Penampilannya yang di-upload di Youtube dengan keynote ”Tegar Si Pengamen Subang” telah disaksikan lebih dari 13.000 viewer pada akhir pekan kemarin. Rekor tertinggi terjadi pada minggu lalu, dari 8.000 viewer melonjak menjadi 13.000 dalam waktu sekitar empat hari.

Alfas Hermansyah, lelaki yang pertama kali mengikutkan Tegar pada kompetisi XL, optimistis atas masa depan bocah cilik ini. Suaranya yang merdu dan kemampuannya membuat lagu menjadi modal penting bagi dia meniti masa depan.

”Hidup di jalanan dari usia tujuh sampai 11 tahun cukup membuat dia memiliki mental kuat,” ungkap dia.

Saat ini, Alfas sedang berusaha membuat album kompilasi yang berisi lagulagu ciptaan Tegar dan lagu publik tanpa hak paten. Album tersebut akan dikomersialkan untuk keperluan pendidikan Tegar dan menopang ekonomi keluarganya.







”Bagaimana pun dia harus merasakan bangku pendidikan. Syukur- syukur hasil penjualan album itu bisa membantu ekonomi keluarganya,” ujar Alfas.    * lintasme

artikel yang sangat menyentuh bgt buat aku, dan ini salah satu video nya....



Dengerin ini sampek berkali2 dan tetep airmata aku g mau berhenti mengalir,,,, sesuatu bgt pokok nya. semoga Allah selalu melindungi dia. Dan semoga album nya nanti laku keras agar dia bisa meneruskan sekolah dan bisa mewujudkan cita2 nya menjadi seorang penyanyi terkenal. SEMANGAT TEGAR.....